Ezad pulang tampak letih sekali.
Sesekali ia menyibakkan rambut
ikalnya yang menempel di dahinya.
Wajah turkinya sangat kentara
sekali. Dengan tinggi badan 175, ia
kelihatan macho dan atletis. Ia
segera memasuki kamar dan
merebahkan tubuhnya ke kasur yang
empuk. AC kamar terasa
menyejukkan. Beberapa kali Ezad
menarik nafasnya dan
mengeluarkannya secara perlahan-
lahan. Jam dinding telah
menunjukkan pukul 21.00. Setelah
sejenak membaringkan tubuhnya ke
kasur, kemudian ia bangkit menuju
kulkas yang memang tersedia di
kamarnya. Perutnya sangat lapar. Di
kulkas hanya ada apel dan beberapa
snack. Lumayan untuk
menghilangkan laparnya. Entah
mengapa, beberapa hari ini ia
merasakan gelisah tak menentu. Ia
tak mampu membaca keinginan
hatinya. Ada rasa kesepian yang
sangat menyengat. Kesibukan
kantornya tak mampu
menghilangkan perasaan itu.
Sehingga di depan komputer ia lebih
banyak menghabiskan waktu
membuka internet. Kemarin, tanpa
sengaja ia membuka situs yang
menampilkan tubuh kekar yang bugil
dengan memamerkan kejantanan
yang besar dan panjangnya di atas
rata-rata. Melihat tampilan itu, ada
sesuatu yang berubah. Aliran
darahnya berdesir dari kepala, hingga
desiran aliran itu terasa di
kepunyaannya, yang mengakibatkan
lambat laun namun pasti,
kepunyaannya menegang dan
membesar, hingga tampak urat-urat
menyembul di batangnya yang
panjang 21cm. Ezad tak mengerti
sama sekali. Matanya tak mampu
beralih ke arah lain. Tampilan situs itu
membuatnya gelisah sendiri. Rasa
penasaran dan keingintahuannya
lebih besar, sehingga jarinya yang
panjang mengklik salah satu gambar.
Dan hasilnya membuat detak
jantungnya tak beraturan. Di depan
layar komputernya menampilkan
seorang lelaki tampan sedang
memasukkan penisnya yang panjang
ke lubang anus lelaki tampan yang
lainnya. Ezad merasakan
kepunyaannya semakin menegang,
yang mengakibatkan tampak
menyembul di balik celana katunnya.
”Tok…tok…!!”Pintu kamar diketuk.
Lamunannya buyar seketika. Ezad
menarik nafas berat. Kepalanya tiba-
tiba saja berdenyut. ”Tuan…, makan
malam telah disediakan…,”suara
Mbok Min menyadarkan dirinya.
”Sebentar, mbok…!!”Ezad membuka
baju kemejanya. Tubuhnya
berkeringat, sehingga mengundang
bau yang tak sedap. Ia bergerak
mengambil handuk dan
melangkahkan kakinya menuju ke
kamar mandi. Ezad membuka singlet
dan celana yang ia pakai. Ia sangat
mengagumi tubuhnya yang atletis
dan berotot itu. Hingga bentuk
tubuhnya kelihatan gagah. Tiba-tiba
mata besarnya dengan tajam
memandang sembulan di balik
Celana Dalamnya ( CD ) yang
berwarna putih itu. Selama ini ia tak
begitu memperhatikan barang
miliknya itu. Perlahan-lahan tangan
kekarnya mulai mengelus dan
mengusap sembulan itu dengan
penuh perasaan. ”Aahhh….,”ada
desiran indah mengalir ke seluruh
tubuhnya. Kenikmatan yang belum
pernah ia alami sebelumnya.
Tangannya tak berhenti mengusap
dan mengelus benda miliknya yang
terasa berdenyut-denyut. Seperti ada
kehidupan di sana. Ezad melorotkan
CDnya, hingga tak ada penghalang
bagi matanya untuk melihat sesuatu
yang besar dan panjang
menggantung di antara kedua
pahanya yang sexy. Panjangnya bisa
mencapai 21 cm. Ada rasa kagum di
hati Ezad melihat penisnya yang
besar dan panjang itu. Kepala
penisnya lebih menyerupai helm,
dengan lubang penis yang kecil
namun sangatlah indah. Di pangkal
batang penisnya tumbuh bulu yang
lebat. Ezad memang tak pernah
mencukur bulu itu. Ia terlalu sibuk
dengan urusan kantornya. Malam ini
adalah malam yang sangat berbeda
dari sebelumnya. Ia lebih
memperhatikan penisnya yang
terabaikan. Tangannya mulai
mengelus dan mengusap benda yang
merupakan kebanggaan sebagai
lelaki. Terasa lembut dan mampu
menggetarkan sukma. Ezad
menikmati elusan tangannya yang
memberikan sensasi luar biasa.
Sentuhan tangan ke batang penisnya
seakan mengandung energi yang luar
biasa. ”Aaahh….uuuh….,”Ezad
mendesis kenikmatan. Bayangan
tentang gambar lelaki bugil yang ia
lihat di internet membayangi pelupuk
matanya. Gelora birahinya kian
memuncak menggetarkan seluruh
tubuhnya. Ezaz mengusap penisnya
semakin cepat beriringan dengan
detak jantungnya.
”Oohhh….auuhh….nikmaat !!”Bibir
tipisnya mendesis mengeracau. Ada
sesuatu yang akan dimuntahkan
melalui lubang penisnya yang kecil
itu. Badai kenikmatan akan
menghempaskan hasrat nuraninya.
Nafsu telah mencapai ubun-uibun
bagai ingin memuntahkan lahar.
”Crooot…creeet…,”lahar kenikmatan
memuncrat menyembur membasahi
tangan dan pahanya. Kental dan
kelihatan keputihan. Ada senyum
kepuasan di wajah tampan Ezad. Ini
pertama kali ia melakukan hal itu.
Rasa senang tak mampu terlukiskan.
Wajah kusutnya tadi kini berubah
menjadi ceria. Dengan bersiul-siul
kecil, air mengguyur ke seluruh
tubuhnya. Dingin dan segar membuat
Ezad ingin berlama-lama di kamar
mandi. Sekali-kali ia lihat penisnya
yang berangsur loyo. Ia tersenyum
puas. Ternyata ia membutuhkan
semua itu di antara ke sibukannya.
*****
”Di malam jum’at kamu harus
membuat ramuan…,”Mbah Prayitno,
begitu orang memanggilnya,
tersenyum pada Ezad yang tertegun
menunggu kelanjutan penjelasannya.
Ezad, pemuda tampan itu ingin sekali
dapat menikmati khayalannya
menjadi kenyataan. Melalui internet,
ia mendapat alamat Mbah Prayitno
yang terkenal dengan ilmu aji
penagsihannya. ”Ramuan apa,
Mbah ?”tanya Ezad tak sabaran.
”Ramuan itu terdiri dari cairan kental
spermamu yang dicampur dengan
beberapa helai bulu penismu yang
sebelumnya dibakar dan ditumbuk
halus. Ramuan itu kamu campurkan
ke dalam minuman atau makanan
yang harus dimakan atau diminum
oleh orang yang akan menjadi
sasaranmu. Tapi sebelumnya, ramuan
itu harus dibacakan mantra ini,”Mbah
Prayitno menyerahkan secarik kertas
yang telah bertuliskan mantra aji
pengasihan. ”Apakah sasarannya bisa
lelaki atau perempuan ?”tanya Ezad
perlahan sambil menerima secarik
kertas itu. ”Lelaki atau perempuan
yang meminum ramuan itu akan
terbakar birahi melihatmu. Dan belum
terpuaskan sebelum dapat menikmati
kegagahanmu,”Mbah Prayitno
tersenyum dengan mengelus-elus
jenggotnya. ”Benarkah ? ”Kamu bisa
membuktikannya. Kamu bisa
menginginkannya kapan saja kamu
mau. Apabila ia telah meminum
ramuan itu, maka bila kamu
menginginkannya, maka sebutlah
namanya tiga kali ketika bertemu
dengannya….. ”Terimakasih, Mbah…
”Percayalah, ramuan yang aku beri
nama aji birahi sukma itu akan
sangat manjur. Kamu boleh
mencobanya… Betapa senangnya hati
Ezad. Ia akan menjadikan mimpi dan
khayalannya menjadi kenyataan. Ia
ingin merasakan bagaimana
nikmatnya mengentot lubang anus
dan menghisap penis lelaki yang
disukainya. ”Berapa yang harus aku
bayar, Mbah ? ”Tidak terlalu mahal.
Hanya Tiga Juta Rupiah…. Ezad
membuat cek senilai tiga juta dan
menyerahkannya pada Mbah
Prayitno. ”Cek ini bisa cair, kalau
ternyata mantra ini manjur…,”ujar
Ezad. ”Jangan khawatir anak muda…
*****
Gio Perkasa dengan ceria
menyebarkan undangan
pernikahannya. Seminggu lagi ia
akan mengakhiri masa lajangnya.
Wajah tampannya itu memancarkan
kharisma tersendiri. ”Selamat ya Gio…
”Makasih… ”Akhirnya kamu bakal jadi
pengantin juga…. Berbagai olokan
dan komentar teman-temannya,
membuat Gio tersipu malu.
Senyumnya memang sangat
menawan dengan bibir tipis yang
sangat serasi dengan wajah
tampannya. Tinggal satu undangan
lagi yang belum ia sampaikan.
Undangan spesial dan istimewa
untuk direktur perusahaan di mana ia
bekerja selama satu tahun berjalan
ini. Pak Ezad Samir, direktur mudanya
yang masih turunan Turki itu. Ia
mengenal Direkturnya itu dingin, dan
jarang tersenyum. Wibawa terpancar
dari wajah tampan direkturnya itu.
Gio, perlahan-lahan mengetuk pintu
ruang kerja Direkturnya itu. Ia
memang jarang berinteraksi langsung
dengan Pak Ezad. Yang ia tahu lelaki
itu tegas dan dingin dalam bersikap.
”Tok…tok…,”Gio mengetuk pintu itu
perlahan-lahan. Pintu itu terkuak tak
terkunci. ”Masuk…,”Suara bariton yang
datar menyambut ketukan pintu itu.
Gio melihat, direktur mudanya itu
sedang sibuk dengan laptopnya.
”Selamat pagi, Pak…. Ezad terhenti
dengan kesibukannya di depan
laptop. Ia tak tahu, kenapa suara itu
mampu menghentikan kegiatannya.
Kepalanya terdongak dan melihat
siapa pemilik suara itu. Ezad
terkesima seketika. Pemuda tampan
berdiri di hadapannya dengan
penampilan yang rapih. Ezad tergetar
melihat pemuda yang jarang ia lihat
itu. Aliran darahnya berdesir hingga
membawa ke alam khayalannya.
”Duduklah…!!”Kaku Ezad
mengeluarkan kata-kata itu. Matanya
berusaha kembali ke layar laptop,
untuk mengurangi kegelisahan
hatinya. ”Bapak mungkin tak terlalu
mengenali saya. Nama saya Gio
Perkasa. Sudah satu tahun berjalan
bekerja di perusahaan Bapak,”ujar
Gio memperkenalkan. Ezad kembali
memandang pemuda di depannya
itu. Sangat menarik, dan mampu
membawanya ke dunia khayalannya
selama ini. ”Di bagian apa ?”Akhirnya
Ezad mengeluarkan suara baritonnya
yang dibuat seramah mungkin.
Namun, tetap terdengar dingin dan
kaku. Gio sendiri akhirnya
membenarkan cerita rekan-rekan
kerjanya tentang dinginnya sikap
direktur muda yang tampan ini. ”Di
bagian Administrasi Produksi, Pak…
”Aku ke sini, untuk menyampaikan
undangan pernikahanku,”ujaar Gio
kemudian. Ia tak ingin berlama-lama
di ruang kerja Pak Ezad. Apalagi
suasana dingin dan kaku
membuatnya tak betah.
”Undangan ??”Gemetar bibir Ezad
mengeluarkan kata-kata itu.
Khayalannya sirna. Ezad berusaha
untuk mengatur detak jantungnya
yang seakan ingin meledak-ledak,
karena kekecewaan. ”Insya Allah,
seminggu lagi aku akan menikah,
pak. Mohon do’anya… ”Terimakasih.
Silahkan kembali ke ruang kerja
anda….,”nada bicara Ezad hambar.
Benar-benar terkesan dingin. Gio
memberi salam, dan membalikkan
tubuhnya. Ezad melihat betapa
indahnya pantat Gio yang tampak
padat berisi. Hadirnya Gio yang
hanya sesaat, membuat kesan
tersendiri. Betapa ia selama ini
disibukkan oleh aktifitasnya, sehingga
tak tahu bahwa ada karyawannya
yang begitu mempesona. Ia
memegang undangan itu dan melihat
foto Gio yang terpampang dengan
senyum yang menawan.
”Terlambatkah aku ?? Ia sangat
menarik hatiku. Tampan dan
sexy…,”guman Ezad. Ia tak boleh
terlambat. Ia tak ingin khayalannya,
hanya sekedar khayalan belaka. Ia
tak ingin batinnya tersiksa dengan
hanya melihat gambar-gambar dari
internet yang sangat menggoda
kelaki-lakiannya. Ezad menekan
beberapa angka telepon yang di atas
meja
www.ceritagay.uiwap.comnya. ”Ibu Dewi, bawa curicullum
vitae karyawan yang bernama Gio
Perkasa sekarang juga…,”Hanya kata-
kata itu yang keluar dari bibirnya.
Ezad menggerutu sendiri, dengan
sikap gelisahnya itu. Menunggu Ibu
Dewi, sangat melelahkan.
*****
Gio tercenung sambil memegang HP
genggamnya. Baru saja ia menerima
telepon dari Pak Ezad, agar ia malam
ini datang ke rumahnya. ”Ada apa
ya ? Apakah sikap ku tadi
membuatnya tersinggung ? Gio tak
mampu menjawab semua
pertanyaan yang berkecamuk di
otaknya. Seorang direktur yang
terkenal dingin dan kaku,
mengundangnya ke rumahnya.
Padahal, baru tadi pagi ia terlibat
komunikasi langsung dengan Direktur
muda itu. Gio tak mau ambil pusing.
Ia berprasangka baik saja dengan
sikap Pak Ezad yang menurutnya
sangat susah di mengerti. Malam ini
ia tak ada pilihan lain untuk datang
ke rumah Pak Ezad. Ia harus
menghormati direkturnya itu.
Mungkin ini adalah awal
kedekatannya dengan Pak Ezad.
Tepat pukul 20.00, Gio telah sampai
di depan rumah Pak Ezad. Rumah
yang sangat mewah dan besar.
Banyak pohon dan tanaman hias,
membuat siapa saja yang datang
terasa sejuk dan adem.
”Teeeeeeet….,”Gio menekan bel.
Selang beberap menit, seorang lelaki
setengah baya, tergopoh-gopoh
membuka pintu pagar. ”Den
Gio ??”tanya lelaki setengah baya itu
dengan hormat. ”Benar Pak… ”Sudah
ditunggu Tuan dari tadi…,”ujar lelaki
itu dengan senyum-senyum.
”Silahkan masuk Den… Gio
melangkahkan kaki mengikuti
langkah lelaki yang diperkirakan
adalah orang yang bekerja di rumah
Ezad. ”Tuan, Den Gio sudah
datang…,”ujar lelaki yang mengaku
bernama Mang Upon melalui telepon
intercom. ”Aku di atas… Mang Upon
mengajakku ke lantai atas. Rumah
dengan interior yang sangat menarik
dan indah. Ukiran kayu jati yang
dipernis mengkilap menjadi
penyangga kiri dan kanan tangga
sebagai pegangan. Gio melihat, Ezad
duduk di teras lantai atas dengan
kursi goyang, sambil membaca koran.
Rambut ikal Ezad tampak hitam
pekat dan mengkilap terpantul oleh
sinar lampu. Tampak gagah !
”Tinggalkan kami berdua, Mang…
”Baik, Tuan… Setelah Mang Upon
berlalu, Gio dipersilahkan duduk. Di
meja kecil, telah tersedia makanan
kecil dan dua gelas juice alpukat.
Hening beberapa saat. Pak Ezad
masih membaca koran. ”Maaf Pak,
ada apa gerangan sehingga Bapak
mengundangku kemari ?”tanya Gio
yang berusaha mencairkan suasana.
Ezad tampak menarik nafas, sambil
meletakkan koran yang ia baca ke
atas meja. ”Cicipi dulu hidangan
alakadarnya,”suara Ezad masih kaku.
Ezad mengutuki dirinya yang
memang tak pandai merangkai kata.
Ia memang tipe orang yang banyak
diam dan sedikit bicara.
”Terimakasih…,”Gio menyeruput juice
alpukat yang telah disediakan. Ezad
melirik melihat betapa Gia menikmati
juice yang telah dicampur dengan
ramuan sperma dan bulu penisnya.
Ada keraguan di hati Ezad, akan
kemanjuran ramuan yang ia dapat
dari Mbah Prayitno. Ia melakukan itu,
karena ia tertarik dengan wajah dan
fisik Gio yang sangat menggoda
hatinya. Ia tak ingin selalu larut
hanya dengan impian dan khayalan.
Ini adalah saatnya ia menikmati
impiannya itu menjadi kenyataan.
Sosok Gio yang tampan dengan
kharisma yang mempesona telah
membuatnya ingin merasakan
kehagatan dan getaran dari tubuh
atletis Gio. Ia tak peduli, jika
karyawannya itu akan menikah. Ia
tak peduli itu ! Melihat sosok Gio,
membuat birahinya berkobar dan
menyala-nyala. ”Aku hanya
menginginkan teman bicara,”ujar
Ezad sambil melirik Gio yang masih
tampak tenang. Belum ada reaksi.
Menurut Mbah Prayitno, setelah
beberapa menit meminum ramuan
aji birahi sukma” maka akan ada
reaksi, yakni tampak gelisah tak
menentu. Gio tak mengerti, kenapa ia
suara bariton Ezad sangat menarik
tak seperti biasanya. Wajah tampan
milik direkturnya itu membuat getar
aneh dalam dirinya. Gio ingin
memberontak, namun makin lama
terasa ia ingin mendekap tubuh
kekar milik Ezad. Penisnya perlahan-
lahan menegang. Ada desiran indah
terasa lembut. ”Ada apa dengan ku ?
Ohh….Pak Ezad…,”desis Gio tanpa
suara. Melihat gelagat itu, Ezad
mendekati Gio perlahan. Tangan
kekarnya merengkuh pundak Gio dan
mengajak karyawannya untuk
masuk. Gio memejamkan matanya.
Rengkuhan itu terasa indah. Belum
pernah ia merasakan getaran indah
seperti ini. Apalagi ia merasakan
tangan kekar itu mulai menyentuh
buah pantatnya, kemudia melingkar
di pinggang. ”Kamu tampan…,”bisik
Ezad mulai beraksi. Ia merasa yakin,
ramuan itu mulai membuat gairah
birahi Gio terusik. “Pak Ezad…,”Gio
menatap mata elang Ezad. Senyum
tersungging indah melenakan.
Senyum Ezad sungguh
menggodanya. Gio semakin tak
mengerti, hasratnya menggebu-gebu
ingin dikecup oleh Ezad. ”Kita ke
kamar. Menginaplah malam ini,”ajak
Ezad. Pintu kamar segera dikunci.
Ezad mulai memeluk Gio dengan
erat. Walau masih terasa kaku. Ada
kedamaian dalam dekapan Ezad. Gio
tak mampu menepis perasaan itu. Ia
sangat mengharapkan Ezad
mengecup bibirnya. Gejolak birahi Gio
menuntut agar segera dilampiaskan.
Ia bagaikan orang yang dahaga yang
sangat membutuhkan air walau
hanya setetes. Ezad tersungging. Ada
kebanggaan yang tak mampu
diungkapkan dengan kata-kata. Ini
bukan mimpi. Ini bukan khayalan.
Namun kenyataan yang telah lama
dinanti-nantikan. Dengan perlahan,
Ezad mendekatkan bibirnya ke bibir
tipis milik Gio. Sentuhan pertama
yang menggetarkan, yang mampu
menggoncangkan selurh urat nadi. Ini
untuk pertama kali Ezad melakukan
hal itu. Tangannya meraba-raba
punggung Gio, kemudian turun
meremas kedua belah buah pantat
Gio yang empuk dan kenyal.
Sebaliknya Gio menyambut kecupan
Ezad dan keduanya saling melumat.
Lidah keduanya menari-nari
mengikuti irama birahi yang tak
terkendalikan lagi. Deru nafas
keduanya memenuhi ruangan itu
bagai deru mesin. Tanpa sengaja
tangan Gio menyentuh sesuatu yang
menyembul di balik celana Ezad.
Keras dan kenyal. Sentuhan itu
membuat desiran indah dari ubun-
ubun hingga mengalir penuh
kenikmatan dan berkumpul di satu
titik di kemaluannya yang
mengakibatkan benda yang bagai
pisang ambon itu berdenyut-denyut
mengeras. Ezad merasakan hal itu,
sehingga ia semakin erat memeluk
Gio, hingga benda yang menyembul
di balik celana masing-masing saling
bergesek. Indah dan nikmat tiada
tara. ”Ahhh…Pak Ezad….a..aku…
ah…,”Gio tak mampu melukiskan
perasaannya. Ingin menolak, namun
kenikmatan yang ia rasakan dalam
pelukan Ezad membuat ia lupa,
bahwa sesungguhnya itu bukan
keinginan nuraninya. Tanpa banyak
kata, satu per satu kancing kemeja
Gio dilepaskan. Birahi telah membuat
keduanya asyik masyuk. Satu
persatu pakaian yang melekat di
badan kekar keduanya berjatuhan di
lantai. Tak terkecuali celana dalam
pun lepas membiarkan penis
keduanya bebas bertemu. Penis itu
saling bergesekan satu sama lain.
Persentuhan kulit menimbulkan
kehangatan yang menggairahkan.
Ezad tak henti-henti mengecup dan
melumat bibir Gio sambil tangan
kanan merayap ke penis Gio.
Sedangkan tangan kiri meremas-
remas pantat Gio yang mulus tanpa
bulu. Nafsu Gio pun menuntut untuk
melakukan hal yang sama. Penis
Ezad lebih besar dan panjang di
bandingkan dengan miliknya. Ada
kenikmatan tersendiri mengelus dan
menggenggam penis Ezad. Pantat
sexy sang direktur tampak
menggairahkan dengan bulu-bulu
menghiasi hampir menutupi lubang
anus milik lelaki turunan Turki itu.
*****
Tak ada kata, yang terdengar adalah
deru nafas yang memburu. Inilah
impian Ezad selama ini. Inilah yang
dibutuhkan pemuda tampan itu. Di
ajaknya Gio ke kasur, lalu keduanya
berbaring dengan tubuh tanpa
busana sama sekali. Suatu
pemandangan yang indah penuh
eksotik. Ezad menindih tubuh Gio.
Dipandangnya wajah tampan Gio,
lalu kembali ia kecup bibir tipis milik
pemuda itu. Ezad tak ingin menyia-
nyiakan waktu. Lidahnya mulai
menari-nari di leher Gio, sambil
memagutnya. Sebaliknya, apa yang
dilakukan Ezad itu membuat Gio
bagai cacing kepanasan. Menggelepar
menahan rasa nikmat.
”Auuuh….aaahh… Lidah Ezad terus
menari-nari menjilat leher dan terus
ke dada, lalu puting susu Gio dihisap
dengan lembut penuh kemesraan.
Ezad semakin liar laksana srigala
kelaparan. Kini lidahnya mulai
menjilat daerah bawah pusar. Bulu-
bulu kasar menghiasi penis Gio yang
panjangnya 19 cm itu menampakkan
betapa gagahnya Gio sebagai lelaki.
Rangsangan semakin membuat Ezad
tak sanggup lagi untuk segera
mengulum dan menghisap penis Gio.
”Auuuuh…Paaak !!”Gio semakin
menggelinjang kenikmatan. Ia baru
pertama kali merasakan penisnya
dihisap dan dikulum. Penis Gio mulai
keluar masuk rongga mulut Ezad.
Yang terdengar di malam itu
hanyalah erangan dan rintihan
kenikmatan. Ezad mulai menjilati
buah pelir yang menggelantung indah
di bawah batana penis Gio. Dan
sebaliknya Gio tak mau tinggal diam,
ia pun mulai mengambil posisi 69.
Gelora membakar jiwa saat melihat
penis Ezad yang besar dan panjang.
Urat-urat menyembul di batang penis
itu. Tanpa menyia-nyiakan waktu, Gio
mulai menghisap dan mengulum
penis Ezad. Siapa pun yang melihat
adegan yang penuh kegairahan itu,
pasti akan iri dan cemburu. Nafsu
telah menghendaki agar puncak
kenikmatan untuk dimulai. Kedua
belah kaki Gio diangkat dan
direntangkan, sehingga tampak jelas
lubang anus Gio yang dihiasi oleh
bulu-bulu jembut menguak penuh
keindahan. Kini lidah Ezad mulai
menari-nari di lubang itu. Bau khas
yang membangkitkan birahi. Tak
kuasa Ezad memandang keindahan
itu. Ia ingin menikmati lubang itu
sesegera mungkin. Diambilnya lotion
dan dioleskan ke lubang anus Gio.
Sebagai pelumas. Jari telunjuk Ezad
mulai menelusuri lubang itu.
”Aaaaauuh !!”Gio mengerang. Ada
perih, saat jari itu menari-nari di
lubang anusnya. ”Aku tak tahan lagi…
sayaaang !!”bisik Ezad. Penisnya yang
telah dioles dengan lotion mulai
diarahkan tepat ke lubang anus Gio.
Dan…!! ”Aakh…sss…sakiit !!”Tubuh Gio
mengejang. Ia merasakan sesuatu
yang masuk ke lubang anusnya
dengan paksa. Sakit dan perih. Itu
yang dirasakannya saat itu.
Sebaliknya erangan Gio membuat
Ezad semakin bersemangat. Memang
sedikit mengalami kesulitan. Karena
Gio memang masih virgin. Lubang
anusnya masih sempit dan butuh
perjuangan yang lebih untuk dapat
menerobos masuk. ”Ssss…ssaakitt…
pak !!”Jerit Gio. ”Sabar, sayaang…!!
Keringat membasahi tubuh kekar
Ezad. Ia masih berusaha menembus
keperjakaan Gio. Harus bisa !! Ia tak
ingin hidup dalam kepenasaran. Ia
ingin merasakan sensasi ini. ”Uuuh !!
Blessss….!!”Penis Ezad yang besar dan
panjang melesak masuk menerobos
lubang yang masih sempit itu.
”Aaaaaaakh….sssssss…..saaaakiiit !!”Tubuh
Gio menggelinjang kesakitan.
Apalagi, Ezad mulai menghentak
keluar masuk penisnya.
”Ooohhh….aiih…..Paaak…!! ”Gio…
enaaak…nikmaat !! Sereeet…sekaliii…
auuuuh !!”Ezad merasakan
kenikmatan tiada tara. Ini yang
selama ini yang ia inginkan. Ia
membutuhkan semua ini. Sensasi
yang penuh kenikmatan. Bagai
memacu kuda, Ezad menggagahi Gio
penuh semangat. Hentakannya
semakin cepat dan kuat. Hal tersebut
membuat Gio bagai cacing
kepanasan. Di ruangan kamar itu
yang terdengar desahan dan
erangan. Setiap penis Ezad
menghentak ke dalam, Gio
merasakan sesuatu yang sulit untuk
diungkapkan. Sakit namun ada
kenikmatan tersendiri. Penis Gio
sendiri menegang karena ereksi.
Apalagi penisnya menyentuh perut
Ezad. Dan terjadi gesekan penisnya
di perut Ezad. Sambil menghentak-
hentak penisnya, Ezad mendekap
erat tubuh Gio, sambil memagut leher
dan melumat bibir pemuda tampan
itu. ”Aaakh !! Uuuuh….!!
Creeeet….croooot !!”Akhirnya Gio pun
mencapai klimaksnya. Gesekan
penisnya dengan perut Ezad
membuatnya harus segera
menumpahkan cairan kenikmatanya.
”Kamu orgasme duluan…
sayaaang….aaahhh !!”Ezad merasakan
perutnya basah karena sperma Gio.
Justeru itu ia merasakan birahinya
semakin meledak-ledak. Pantatnya
yang kenyal dan berisi turun-naik
semakin cepat. Tiba-tiba tubuhnya
menegang. Ezad merasakan saatnya
ia menumpahkan spermanya. Saat
seperti itu, penis Ezad melesak lebih
dalam dan…..!!
”Creeeeeeeet….Croooot !!”Dari penis
Ezad bermuntahan cairan kental
memenuhi lubang anus Gio.
”Auuuuuh….nikmaat !!”Ezad
menghempaskan tubuhnya
mendekap erat tubuh Gio. Ia sengaja
membiarkan penisnya berada di
dalam lubang anus Gio. Tubuh
keduanya lunglai. Ezad mendekap
tubuh kekar Gio dengan erat. Ia
merasakan karyawannya telah
memberi jawaban kepenasarannya
selama ini. Di tatapnya wajah
tampan Gio tertidur pulas. ”Gio…aku
menyukai seluruh tubuhmu….